Selasa, 27 Desember 2011

KURIKULUM YANG RELEVAN DENGAN LAPANGAN PEKERJAAN


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Era globalisasi yang ditandai dengan kemajuan cepat serta mendunia di bidang Informasi dan Teknologi dalam dua dasawasa terakhir telah berpengaruh pada peradaban manusia melebihi jangkauan pemikiran sebelumnya. Pengaruh ini terlihat pada pergeseran tatanan social, ekonomi dam politik yang memerlukan keseimbangan baru antara nilai-nilai, pemikiran serta cara-cara kehidupan yang berlaku. Pada masa sekarang ini hanya negara yang mempunyai pemahaman dan kearifan tentang proses, serta ancama globalisasi akan mempunyai kesempatan untuk dapat bertahan hidup, produktif dan aman dalam bermasyarakat.
Tingginya daya saing memerlukan kompetensi yang tinggi pula karena pertumbuhan ekonomi sangat dipengaruhi oleh pengetahuan dan kompetensi sumber daya manusianya. Kemajuan manusia ditentukan oleh sumber daya yang ada, sementara itu kualitas sumber daya manusia tergantung pada kualitas pendidikan. Pendidikan merupakan suatu elemen yang penting untuk menciptakan sumber daya yang berkualitas, cerdas, demokratis dan mampu bersaing serta dapat meningkatkan kesejahteraan semua warga Indonesia.
Untuk bisa mengisi peluang kerja, apalagi dengan semakin terbukanya peluang kerja global, perlu dipersiapkan lulusan yang memiliki kualitas yang sesuai dengan kebutuhan lapangan kerja, salah satunya dengan melaksanakan pengembangan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan lapangan kerja.
Kurikulum berbasis kompetensi dapat menciptakan tamatan yang kompeten dan cerdas dalam membangun identitas, budaya, serta bangsanya, kurikulum ini memberikan dasar-dasar pengetahuan, keterampilan dan pengalaman belajar yang membangun, kompetensi dalam kurikulum dapat memudahkan penyajian pengalaman belajar dengan integrasi mata pelajaran yang sejalan dengan prinsip belajar sepanjang hayat yang membangun. Kurikulum yang berbasis kompetensi secara mendasar dapat menumbuhkan jiwa produktif dan kepemimpinan, dapat dipercaya untuk memenuhi tantangan persaingan serta perubahan teknologi.
Seiring dengan tuntutan globalisasi di atas maka pengembangan kurikulum yang berbasis kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan lapangan kerja, yaitunya berkemampuan intelektual, kreatif, mampu menyesuaikan diri dengan perubahan serta mampu mendayagunakan informasi.





















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Prinsip Dasar Pengembangan Kurikulum
Istilah kurikulum dalam dunia pendidikan bukanlah suatu istilah yang asing. Hal ini tidak heran karena kurikulum adalah sesuatu yang sangat berkaitan erat dengan dunia pendidikan. Banyak pendapat tentang pengertian, pemahaman, dan persepsi kurikulum. Diantaranya :
1.      Kurikulum merupakan jangka waktu pendidikan yang harus ditempuh oleh siswa yang brtujuan untuk memperoleh ijazah, karena ijazah merupakan suatu bukti bahwa siswa telah menempuh kurikulum yang berupa rencana pelajaran.
2.      Kurikulum memuat isi dan materi pelajaran, sejumlah mata ajaran yang harus ditempuh dan dipelajari oleh siswa untuk memproleh sejumlah pengetahuan.
3.      Kurikulum sebagai Rencana Pembelajaran,suatu program pendidikan yang disediakan untuk membelajarkan siswa.
4.      Kurikulum sebagai Pengalaman Belajar, bahwa kegiatan-kegiatan kurikulum tidak terbatas dalam ruang kelas saja, melainkan mencakup juga kegiatan-kegiatan di luar kelas.
5.      Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pdoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar.
Pengertian kurikulum ini relatif lebih dinamis, yang memungkinkan kurikulum itu secara cepat menyesuaikan dengan perkembangan yang terjadi di dalam masyarakat dan IPTEK. Dengan kurikulum yang dinamis, memungkinkan sekolah menjadi lebih fleksibel dan dinamis, terus berkembang menyesuaikan perkembangan, yang pada akhirnya akan mengantarkan anak didiknya ke suatu kondisi yang lebih match dengan tuntutan masyarakat dan perkembangan IPTEK. Dengan kata lain, sekolah menjadi tidak statis, yang hanya menyajikan pengalaman belajar (materi pelajaran) yang itu-itu saja atau kadaluarsa.
Berdasarkan uraian di atas, maka yang disebut dengan kurikulum dapat dilihat dari dua dimensi, yaitu kurikulum sebagai sebuah dokumen yang berisi rencana pengalaman-pengalaman belajar yang akan dipelajari dan dikuasai oleh para siswa dalam rentang waktu tertentu atau disebut dengan kurikulum tertulis (written curriculum), dan kurikulum sebagai pengalaman dan kegiatan belajar yang dialami siswa secara nyata atau yang disebut dengan kurikulum nyata (real curriculum). Untuk mengembangkan kurikulum nyata diperlukan sejumlah faktor pendukung mulai dari bahan ajar, sarana prasarana, media/sumber belajar, metode, dan sistem evaluasi.
Kurikulum merupakan salah satu komponen yang memiliki peran penting dalam system pendidikan, sebab dalam kurikulum bukan hanya dirumuskan tentang tujuan yang harus dicapai sehingga memperjelas arah pendidikan, akan tetapi juga memberikan pemahaman tentang pengalaman belajar yang harus dimiliki siswa. Oleh karena begitu pentingnya fungsi dan peran kurikulum, maka setiap pengembangan kurikulum pada jenjang manapun harus didasarkan pada asas-asas tertentu.
Orientasi pengembangan kurikulum menurut Seller menyangkut enam aspek, yaitu:
1.      Tujuan pendidikan menyangkut arah kegiatan pendidikan. Artinya, hendak dibawa ke mana siswa yang kita didik itu.
2.      Pandangan tentang anak: apakah anak dianggap sebagai orgenisme yan aktif atau pasif.
3.      Pandangan tentang proses pembelajaran: apakah proses pembelajaran itu dianggap sebagao proses transformasi ilmu pengetahuan atau mengubanh perilaku anak.
4.      Pandangan tentang lingkungan: apakah lingkungan belajar harus dikelola secara formal, atau secara bebas yang dapat memungkinkan anak bebas belajar.
5.      Konsepsi tentang peranan guru: apakah guru harus berperam sebagai instruktur yang bersifat otoriter, atau guru dianggap sebagai fasilitator yang siap member bimbingan dan bantuan pada anak didik untuk belajar.
6.      Evaluasi belajar: apakah mengukur keberhasilam ditentukan dengan tes atau nontes.

A.    Rentangan Kegiatan (Range of Activity)
Pengembangan is kurikulum biasanya diawali dengan rancangan kebijakan kurikulum, rancangan bdang studi, program pembelajaran, unit pengajaran, dan rencana pembelajaran. Kebijakan kurikulum merupakan otoritas pemegang kebijakan pendidikan. Kebijakan kurikulum memuat tentang apa yang harus diajarkan dan berfungsi sebagai pedoman bagipara pengembang kurikulum lebih lanjut. Kebijakan kurikulum pada dasarnya merupakan keputusan yang ditentukan dari hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam. Menentukan kebijakan kurikulum harus dilaksanakan secara hati-hati, sebab akan memengaruhi berbagai kebijakan pendidikan lainnya. Misalnya, mengenai isi dari setiap disiplin ilmu yang perlu dikuasai oleh anak didik dalam jenjang tertentu, kebutuhan social macam apa yang harus dikuasai anak didik serta pengalaman belajar yang bagaimana yang harus dimiliki anak didik. Hal ini tentu saja didasari pada pengkajian yang komperensif
.Rancangan program studi meliputi kegiatan-kegiatan menentukan tujuan, urutan serta kedalaman materi dalam setiap bidang studi, misalnya rancangan bidang studi matematika, bahasa, IPA, dan lain sebagainya.
Rancangan program pengjaran adalah kegiatan merancang aktivitas belajar dalam setiap bidang studi untuk satu tahun, satu semester atau, satu caturwulan. Program pengajaran tersebut selanjutnya dijabarkan pada rencana pembelajaran, yang dirancang lebih khusus untuk jangka waktu tertentu. Bias jadi program yang lebih khusus itu adalah program pembelajaran untuk satu kali pertemuan dalam proses pembelajaran
B.     Tujuan Kelembagaan (Institusional Purpose)
Tujuan kelembagaan sama artinya dengan visi dan misi sekolah. Pengembangan kurikulum selamanya harus sejalan dengan visi dan misi sekolah yang bersangkutan, karena kurikulum pada hakikatnya disusun untuk mencapai tujuan sekolah.
Setiap jenis sekolah akan memiliki visi dan misi yang berbeda. Jenis sekolah kejuruan, misalnya akan berbeda dengan sekolah umum. Sekolah kejuruan yang memiliki visi dan misi untuk memersiapkan anak didik memiliki keterampilan sesuai dengan lapangan pekerjaan tertentu, maka mengembangkan isi kurikulum akan lebih tepat dilakukan melalui analisis pekerjaan (job analysis), bukan melalui analisis disiplin ilmu. Sebaliknya, sekolah yang memiliki visi dan misi untuk mempersiapkan anak didik dapat mengikuti pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi, maka analisis disiplin ilmu, seperti pemahaman fakta, konsep teori dan sebagainya, akan lebih cocok dibandingkan dengan penentuan isi kurikulummelalui analisis tugas atau analisis pekerjaan. Dengan demikian, visi dan misi sekolah harus menjadi pertimbangan utama dalam menentukan isi kurikulum. Sehingga, pengalaman belajar yang dilakukan siswa di sekolah, akan menjamin pencapaian tujuan sekolah yang bersangkutan.
Pengembangan landasan kurikulum terdiri atas 3 sumber yakni:
1.      Studi tentang hakikat dan nilai pengetahuan (studies of nature and vakue of knowledge) sebagai aspek filosofis.
2.      Studi tentang kehidupan (studies of life) sebagai aspek social-bidaya.
3.      Studi tentang siswa dan teori-teori belajar (studies of learners and learning theory) sebagai aspek psikologi.
Selanjutnya ia menjelaskan bahwa peran landasan dalm pengembangan adalah sebagai berikut:
1.      Pengembang kurikulum pertama kali harus memiliki pandangan yang jelas tentang hakikat ilmu pengetahuan dan hakikat nilai (sebagai landasan filosofis).
2.      Pandangan folisofis tersebut kemudian disusun dalam konteks pemahaman pengembang kurikulum tentang masyarakat dan kebudayaannya serta kebutuhuan masyarakat pada masa yang akan dating (landasan sosiologis dan budaya).
3.      Aspek psokologis yakni hakikat siswa dna bagaiman mereka belajar akan berkontribusi dalam membangun suatu kurikulum (landasan psikologis).
4.      Secara keseluruhan ketiga landasan tersebut akan menjadi sumber bagi pengembang dalam menentukan keputusan tentang kurikulum yang akan disusun.
5.      Berdasarkan keputusan, selanjutnya para pengembang dapat menentukan keputusan tentang tugas-tugas kurikulum.
6.      Ketika sumber-sumber menjadi landasan kurikulum dan konsep kurikulum telah menghasilkan isi kurikulum itu sendiri, maka selanjutnya kita dapat menentukan bagaimana hasil akhir kurikulum yang dibutuhkan.



PRINSIP-PRINSIP PENGEMBANGAN KURIKULUM
A.    Prinsip Relevansi.
Kurikulum merupakan rel-nya pendidikan untuk membawa siswa agar dapat hidup sesuai dengan nilai-nilai yang ada di masyarakat serta membekali siswa baik dalam bidang pengetahuan, sikap maupun keterampilan sesuai dengan tuntutan dan harapan masyarakat. Oleh sebab itu, pengalaman-pengalaman belajar yang disusun dalam kurikulum harus relevan dengan kebutuhan masyarakat. Inilah yang disebut dengan prinsip relevansi.
Ada dua macam relevansi, yaitu relevansi internal dan relevansi eksternal. Relevansi internal adalah bahwa setiap kurikulum harus memiliki keserasian antara komponen-komponennya, yaitu keserasian antara tujuan yang harus dicapai, isi, materi, atau pengalaman belajar yang harus dimiliki siswa, strategi atau metodeyang digunakan serta alat penilaian untuk melihat ketercapaian tujuan. Relevansi internal ini menunjukkan keutuhan suatu kurikulum.
Ada 3 macam relevansi eksternal dalam pengembangan kurikulum: Pertama, relevan dengan lingkungan hidup peserta didik. Kedua, relevan dengan perkembangan zaman baik sekarang maupun dengan yang akan datang. Artinya, isi kurikulum harus sesuai dengan situasi dan kondisi yang sedang berkembang. Ketiga, relevan dengan tuntutan dunia pekerjaan. Artinya, bahwa apa yang diajarkan di sekolah harus mampu memenhi dunia kerja.
B.     Prinsip Fleksibilitas
Apa yang diharapkan dalam kurikulum ideal kadang-kadang tidak sesuai dengan kondisi kenyataan yang ada. Bias saja ketidaksesuaian itu ditunjukkan oleh kemampuan guru yang kurang, latar belakang atau kemampuan dasar siswa , yang rendah, atau mungkin sarana dan prasarana yang ada di sekolah tidak memadai. Kurikulum harus bersifat lentur atau fleksibel. Artinya, kurikulum itu harus bias dilaksanakan sesuai dengan kondisi yang ada. Kurikulum yang kaku atau tidak fleksibel akan sulit diterapkan.
Prinsip fleksibilitas memiliki dua sisi: Pertama, fleksibel bagi guru, yang artinya kurikulum harus memberikan ruang gerak bagi guru untuk mengembangkan program pengajarannya sesuai dengna kondisi yang ada. Kedua, fleksibel bagi siswa, artinya kurikulum harus menyediakan berbagai kemungkinan program pilihan sesuai dengan bakat dan minat siswa.


C.    Prinsip Kontinuitas
Prinsip ini mengandung pengertian bahwa oerlu dijaga saling keterkaitan dan kesinambungan antara materi pelajaran pada berbagai jenjang dan jenis program pendidikan.

D.    Efektifitas
Prinsip efektifitas berkenaan dengan rencana dalam suatu kurikulum dapat dilaksanakan dan dapat dicapai dalam kegiatan belajar mengajar. Terdapat dua siis efektifitas dalam suatu pengembangan kurikulum.
E.     Efisiensi
Prinsip efisiensi berhubungan dengan perbandingan antara tenaga, waktu, suara, dan biaya yang dikeluarkan dengan hasil yang diperoleh.
Ada tiga landasan pengembangan kurikulum, yakni landasan filosofil, psikologis, dan landasan sosiologis-teknologis. Ketiga landasan tersebut diuraikan di bawah ini.
1.      Landasan Filosofi dalam Pengembangan Kurikulum
Filsafat berasal dari kata Yunani kuno, yaitu dari kata “philos” dan “Sophia”. Philos, artinya cinta yang mendalam¸dan Sophia adalah kearifan atau kebijaksanaan.
Filsafat dan tujuan pendidikan
a.       Autonomy. Gives individuals and group the maximum awareness, knowledge and ability so that they can manage their personal and collective life to the greates possible extent.
b.      Equity. Enable all citizen to participate in cultural and economic life by coffering them an equal basic education.
c.       Survival. Permit every nation to transmit and enrich its cultural heritage over the generation, but also guide education towards mutual understanding and towards what has become a worldwide realizations of common destiny.
2.      Landasan Psikologis dalam Pengembangan Kurikulum
Secara psokologis, anak didik memiliki keunikan dan perbedaan-perbedaan baik perbedaan minat, bakat, maupun potensi yang dimilikinya sesuai dengan tahapan perkembangannya. Dengan alasan itulah, kurikulum harus memperhatikan kondisi psikologis perkembangan dan belajar anak.
a.       Psikologi Anak
Salah satu hal yang perlu diketahui tentang anak, adalah masa-masa perkembangan mereka. Menurut Piaget, perkembangan intelektual setiap individu berlangsung dalam tahapan-tahapan tertentu. Yaitu 4 fase sebagai berikut:
-          Sensorimotor, baru lahir-2 tahun;
-          Praoperasional, 2-7 tahun
-          Operasional konkret, 7-11 tahun;
-          Operasional formal, 11- 14 tahun ke atas.
-           
b.      Psikologi belajar
Perkembangan kurikulum tidak akan terlepas dari teori belajar. Sebaba, pada dasarnya kurikulum disusun untuk membelajarkan siswa. Banyak teori yang membahas tentang belajar sebagai proses perubahan perilaku. Namun, demikian, setiap teori itu berpangkal dari pandangan tentang hakikat manusia.
3.      Landasan Sosiologis – Teknologis dalam Pengembangan Kurikulum
Sekolah berfungsi untuk mempersiapkan anak didik agar mereka dapat berperan aktif di masyarakat. Oleh karena itu, kurikulum sebagai alat dan pedoman dalam proses pendidikan di sekolah harus relevan dengan tuntuan masyarakat. Dengan demikian dalam konteks ini, sekolah bukan hanya berfungsi untuk mewariskan kebudayaan dan nilai-nilai suatu masyarakat, akan tetapi juga sekolah berfumngsi untuk mempersiapkan anak didik falam kehidupan masyarakat. Oleh Karena itu, kurikulum bukan hanya berisi berbagai nilai suatu masyarakat akan tetapi bermuatan segala sesuatu yang dibutuhkan masyarakat.
C.    Permasalahan
Perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) khususnya teknologi informasi dan komunikasi yang didukung oleh kecanggihan teknologi komputer, membuat dunia terus berubah, semakin hari semakin terasa menyempit, Keadaan yang terjadi di suatu daerah dalam waktu yang hampir bersamaan bahkan dalam waktu yang bersamaan dapat diketahui dan disaksikan di daerah lainnya. Berbagai peristiwa bisa kita saksikan dengan hanya membuka komputer yang terakses dengan internet, atau sebuah blackberry dan bahkan handphone di tangan. Benar-benar dunia saat ini ada didalam genggaman.
Dengan kondisi seperti ini maka diperlukan SDM yang berkualitas, untuk menghasilkan SDM yang berkualitas diperlukan pendidikan dan pembelajaran yang berkualitas. Ujungnya adalah kurikulum yang digunakan oleh lembaga pendidikan kita harus berkualitas. Maka perlu dipikirkan pengembangan kurikulum yang lebih bertahan dengan berbagai perubahan Zaman.
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), merupakan pengembangan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan lapangan kerja, karena untuk bisa mengisi peluang kerja, apalagi dengan semakin terbukanya peluang kerja global, perlu dipersiapkan lulusan yang memiliki kualitas dan kuantitas yang sesuai dengan kebutuhan lapangan kerja yang berkemampuan intelektual, kreatif, mampu menyesuaikan diri dengan perubahan serta mendayagunakan informasi. Implementasinya dipusatkan pada Sekolah Menengah Kejuruan, karena Sekolah Kejuruan memberikan keterampilan yang sesuai dengan program keahliannya masing-masing.
Tetapi kenyataan di lapangan saat ini masyarakat dalam menyekolahkan anaknya masih menempatkan sekolah kejuruan sebagai alternatif kedua, peminatnya pun rata-rata dari golongan menengah ke bawah, dan lagi pemakaian kurikulum berbais kompetensi di sekolah belum sesuai dengan yang diharapkan, masalahnya guru yang mengajar disekolah belum siap dengan KBK, dalam prakteknya mereka sendiri masih bingung bagaimana mengajar dengan model KBK itu, maka di berbagai tempat banyak guru tetap mengajar dengan cara lama meski dengan nama KBK. Akibatnya siswa malah menjadi makin berat karena harus menekuni dua cara yang berbeda. Judulnya KBK tetapi isinya adalah pelajaran isi yang semakin berat dengan tugas dan PR.
Di sini tampak bahwa perubahan kurikulum yang begitu cepat dan kurang disiapkan dengan matang, hasilnya untuk beberapa sekolah justru membingungkan. Oleh karena itu setiap kurikulum yang dibuat dan ditetapkan masih membutuhkan pengembangan agar sebuah kurikulum itu dapat sesuai dengan yang dibutuhkan .

D.    Pemecahan Masalah
1.      Melaksanakan Validasi Kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan lapangan kerja, yaitunya penyusunan kurikulum bersama antara sekolah dengan pengguna lulusan/institusi pasangan. Jadi apa yang dipelajari oleh siswa selama belajar di sekolah akan sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan di lingkungan kerja sehingga diharapkan semua lulusan dapat mengisi lapangan kerja yang ada. Dengan mengundang sejumlah dunia industri sebagai pengguna lulusan, guru akan lebih mengetahui dan telah memprediksikan kecakapan hidup yang harus dikuasai oleh siswa agar dapat mengisi peluang kerja yang akan datang. Kecakapan hidup yang harus dimiliki meliputi : kecakapan akademik dan kecakapan vokasional sesuai dengan keahlian, kecakapan personal dan sosial.
2.      Untuk mengembangkan Sekolah Kejuruan pemerintah telah memberikan informasi kepada masyarakat dengan melakukan promosi melalui media cetak maupun elektronika. Selain itu, juga melakukan kerja sama dengan istitusi pasangan kerja sebagai pengguna lulusan untuk menyalurkan lulusannya guna mengisi peluang kerja sesuai dengan bidangnya dengan adanya BKK (Bursa Kerja Khusus).
3.      Meningkatkan kualiats guru, dengan adanya sertifikasi, jadi guru benar-benar dituntut profesional, mampu menguasai bidangnya dan sungguh kompetens dan juga terampil dalam membantu siswa belajar. dapat melaksanakan pembelajaran secara efektif dan efisien.

Kurikulum berbasis kompetensi lebih menekankan pada pengalaman lapangan untuk mengakrabkan hubungan antara guru dengan peserta didik. Keterlibatan anggota tim guru dalam pembelajaran disekolah memudahkan mereka untuk mengikuti perkembangan yang terjadi selama peserta didik mengikuti pembelajaran.
KBK mengusahakan strategi belajar individual personal. Belajar individual adalah belajar berdasarkan tempo belajar peserta didik, sedangkan belajar personal adalah interaksi educatif berdasarkan keunikan peserta didik : bakat, minat, dan kemampuan (personalisasi). KBK tidak akan berhasil secara optimal tanpa individualisasi dan personalisasi. Individualisasi dan personalisasi dalam konteks ini tidak hanya sekedar individualisasi dalam pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan kognitif, tapi mencakup responden terhadap perasaan pribadi dan kebutuhan pertumbuhan psikososial peserta didik.
Pembenahan kurikulum (curriculum improvement) merupakan keharusan yang esensial dalam keseluruhan kegiatan pendidikan. Seiring dengan orientasi perubahan kebijakan pendidikan nasional, khususnya masalah kurikulum, improvisasi dan reformulasi harusnya perlu mendapat respons yang positif dari berbagai kalangan, baik praktisi maupun konseptor pendidikan Islam.
Ralph W Tyler yang dianggap sebagai pencetus pengembangan kurikulum menjelaskan akan pentingnya memikirkan hal-hal fondamental apakah yang harus dibenahi dalam kurikulum. Untuk sampai pada tataran operasional, Tyler menyampaikan empat pertanyaan yang harus dijawab oleh praktisi dan pengembang pendidikan agar proses reformulasi kurikulum dapat melahirkan rumusan yang berkualitas dan bermanfaat. Pertanyaan itu mencakup empat hal, yaitu (1) Tujuan pendidikan apakah yang harus dicapai oleh lembaga pendidikan (sekolah/madrasah)? (2) Pengalaman pendidikan apakah yang dapat diberikan agar tujuan tersebut tercapai? (3) Bagaimana pengalaman tersebut dapat diorganisasikan secara efektif? (4) Bagaimana menetapkan dan menentukan tujuan tersebut dapat dicapai?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah landasan untuk membenahi mutu kurikulum pendidikan agama Islam (PAI) yang menjanjikan masa depan generasi anak bangsa. Selama ini kurikulum PAI sudah menerapkan perubahan kurikulum nasional, akan tetapi seringkali belum tepat sasaran, misorientasi dan salah strateginya. Sehingga mutu pembelajaran PAI yang seharusnya melahirkan sikap dan perilaku yang baik bagi peserta didik, justru tidak berhasil dan mendapat sorotan yang sebaliknya.
Tantangan inilah yang harus dibenahi agar dinamika kurikulum PAI di masa mendatang mampu menunjukkan perubahan yang positif bagi generasi penerus bangsa ini. Upaya pemerintah dalam memberikan perhatian secara moril dan materiil tidaklah cukup, bila para pelaku atau praktisi pendidikan tidak sadar diri untuk ikut membenahi kekurangan-kekurangan yang tanpak dihadapinya.
Melihat problematika tersebut, maka upaya yang harus dilakukan adalah (1) mereformulasi kembali pendekatan-pendekatan yang selama ini diterapkan oleh lembaga pendidikan, baik sekolah atau madrasah dan (2) mencari metode efektif guna mendorong kreatifitas guru dalam menerapkan kurikulum yang relevan dengan kebutuhan dan tuntutan global.
Dari dua permasalahan itulah perlu kajian eksploratif untuk membangun ulang konsepsi dan implementasi kurikulum pendidikan agama Islam yang handal dan futuristik. Tantangan ini sangat urgen dijawab karena pendidik dan peserta didik sangat membutuhkannya.
Kurikulum merupakan sesuatu yang diidentifikasikan atau dicita-citakan oleh lembaga pendidikan dan masyarakat, sebab kurikulum memiliki fungsi yang sangat vital bagi pembentukan keahlian, ketrampilan dan karakter manusia. Menurut Alexander Inglish, seperti yang dikutip oleh Wiryokusumo, bahwa kurikulum itu fungsinya adalah penyesuaian, pengintegrasian, deferensiasi, persiapan, pemilihan dan diagnostik (Wiryokusumo, 1988: 8-9).
Sementara menurut Nurgiyantoro, bahwa kurukulum mempunyai fungsi tiga hal.
Pertama,fungsi kurikulum bagi sekolah. Yaitu sebagai alat untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang diinginkan mulai dari tujuan nasional sampai instruksional dan kurikulum dijadikan pedoman untuk mengatur kegiatan-kegiatan pendidikan yang dilaksanakan lembaga pendidikan. Misalnya, mengatur macam-macam bidang studi, alokasi waktu, pokok bahasan, metode pengajaran, media pengajaran, serta termasuk strategi pelaksanaannya.
Kedua, kurikulum dapat mengontrol dan memelihara keseimbangan proses pendidikan. Dengan mengetahui kurikulum sekolah pada tingkat tertentu, maka kurikulum pada tingkat atasnya dapat mengadakan penyesuaian. Sehingga tidak terjadi pengulangan kegiatan pengajaran sebelumnya. Fungsi lain adalah kurikulum juga dapat menyiapkan tenaga pengajar, dengan cara mengetahui kurikulum pada tingkat dibawahnya. Misalnya, mahasiswa harus mengerti kurikulum SMTA dan SMTP.
Ketiga, kurikulum dimaksudkan untuk menyiapkan kebutuhan masyarakat atau lapangan kerja. Sehingga kurikulum mencerminkan hal-hal yang menjadi kebutuhan masyarakat. Karena itu, lulusan sekolah paling tidak dapat memenuhi kebutuhan lapangan pekerjaan (vokasional) di satu sisi, dan dipersiapkan untuk melanjutkan ke jenjang sekolah berikutnya (akademis) di sisi lain (Nurgiantoro, 1988: 6-9).
Masih mengenai fungsi kurikulum, pendapat yang hampir senada dengan Nurgiatoro juga diungkapkan oleh Hendyat Soetopo dan Wasty Soemanto. Mereka menambahkan, selain apa yang telah dijelaskan Nurgiyantoro, bahwa fungsi kurikulum itu sebagai pedoman dalam mengatur kegiatan pendidikan (belajar-mengajar) pada suatu sekolah (Soetopo, 1986: 18-20). Sebagai alat atau sarana yang berfungsi untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan, kurikulum suatu sekolah berisi uraian tentang jenis-jenis program apa yang diselenggarakan di sekolah tersebut. Hal ini berarti bahwa fungsi kurikulum menyangkut setiap jenis program, pengoperasional atau pelaku yang bertanggungjawab, serta media atau fasilitas yang mendukungnya.










BAB III
Kesimpulan & Saran
A.    Kesimpulan
Kurikulum sangat penting untuk pengaturan system pembelajaran, tapi haru sesuai dengan kebutuhan pendidik, anggota didik,ataupun masyarakat setempat sesuai dengan perkembangan zaman.
Kurikulum berbasis kompetensi dapat menciptakan tamatan yang kompeten dan cerdas dalam membangun identitas, budaya, serta bangsanya, kurikulum ini memberikan dasar-dasar pengetahuan, keterampilan dan pengalaman belajar yang membangun, kompetensi dalam kurikulum dapat memudahkan penyajian pengalaman belajar dengan integrasi mata pelajaran yang sejalan dengan prinsip belajar sepanjang hayat yang membangun. Kurikulum yang berbasis kompetensi secara mendasar dapat menumbuhkan jiwa produktif dan kepemimpinan, dapat dipercaya untuk memenuhi tantangan persaingan serta perubahan teknologi.
B.     Saran
1.      Pemerintah harus ikut berperan serta dalam pengembangan kurikulum pendidikan
2.      Masyarakat juga harus mendukung kebijakan pemerintah untuk kemajuan pendidikan
3.      Para pendidik harus melaksanakan kurikulum dengan baik
4.      Orang tua harus tau kurikulum yang dipakai oleh suatu instansi pendidikan sekolah anak
5.       Peserta didik harus mengikuti kurikulum yang diterapkan sekolah





DAFTAR PUSTAKA

Hamalik, Oemar. 2002. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta : Bumi Aksara
Hasibuan, Lias. 2010. Kurikulum Dan Pemikiran Pendidikan. Jakarta : Gaung Persada

Tidak ada komentar:

Posting Komentar